Covid

supply: Jakartaglobe.idAwal tahun 2020, dunia tergoncang dengan pandemik virus COVID-19 yang merenggut banyak nyawa manusia.

Selain mengguncang dunia medis, pandemik COVID-19 juga mengguncang dunia ekonomi. Dunia F&B dan Wisata, terutama, langsung merasakan direct hit dari pandemik COVID-19.

Tim Makanmana mencoba menghubungi beberapa pebisnis-pebisnis ini untuk menggali informasi mengenai dampak pandemik COVID-19 terhadap mereka dan juga bisnisnya.

We’re all surprised dengan perbedaan yang terjadi di lapangan. Baca terus!

this is what they need to say.
1. Bagaimana perbedaan keadaan bisnis sebelum dan setelah pandemik COVID-19?
Alwi (Pondok Gurih): Jauh beda. Langsung kelihatan perbedaannya dari segi penurunan omset. Apalagi karena sebelumnya ada dine-in tapi sekarang hanya bisa lewat takeaway dan supply aja.

Felix (Madu Efi): Beda banget. Dulu kan banyak banget tamunya. Setelah ada berita COVID-19, kami dihimbau untuk tutup dulu. Setelah dipikir-pikir, memang lebih baik untuk tutup dulu daripada berbahaya buat semua orang.

Lilysan (Warteq.id): Nggak jauh beda sih. Soalnya kami baru buka sekitar 2 minggu pas pandemik COVID mulai terdengar di Indonesia. Dan memang karena dari awal kami fokus ke takeaway dan supply, dampak negatifnya nggak begitu terasa.

Warteg.id2. Langkah-langkah apa yang telah diambil oleh pebisnis dalam mengatasi dampak COVID-19?
Milen (The Thirty Six): Kami ada buat promo diskon 15% buat pelanggan. Untuk dine-in kami masih buka, tapi kami pastikan mejanya jauh dari satu sama lain sesuai dengan himbauan untuk social distancing. Kami juga jaga kebersihan, semua pakai masker dan bersarung tangan.

Alwi (Pondok Gurih): Pas jam buka dan tutup ada penyemprotan disinfektan. Setiap karyawan datang selalu di cek suhu badannya dan dihimbau selalu cuci tangan dan menjaga kebersihan. Setiap orderan kami ikat pakai cable tie supaya lebih higienis. Kedepannya kami berencana mau buat promo-promo juga.

Lilysan (Warteq.id): Kalau saya lebih banyak berinovasi, give you new flavours, apalagi buat menu signature Warteq, Roti Jadoel. Saya juga dengerin feedback pelanggan supaya dapat insights. Sebelum COVID-19 melanda pun saya sudah sering menghimbau tim saya untuk selalu menjaga kebersihan, makanya higienitas kami terjamin.

Suwandi (Kebun Greenfeast): Salah satu tantangan terbesar kami itu ialah membangun rasa percaya pelanggan terhadap kami. Jadi kami memastikan kalau kami memberikan yang terbaik untuk customers; dari segi penjagaan kualitas, respon cepat dari bagian servis dan juga pengantaran pemesanan dalam jangka waktu pendek (hari ini pesan, hari ini diantar).

Kebun Green Feast3. Adakah yang ingin disampaikan untuk orang-orang yang juga sedang menghadapi isu yang sama terhadap pandemi COVID-19?
Lilysan (Warteq.id): Paling penting itu jangan menyerah. Don’t give up. One day, musibah ini pasti berakhir. Ambil keputusan yang sulit itu pasti ada, tapi jangan gegabah. Tetap produktif juga.

Suwandi (Kebun Greenfeast): Jangan terpaku terhadap dampak negatif yang dibawa oleh masa krisis. In any disaster, there is an opportunity, you simply have to see.

Felix (Madu Efi): Sweet motivation (idealism) itu nggak berguna. Hidup nggak selalu manis dan realita itu keras. Apalagi di masa krisis seperti ini, kita harus ambil robust decision supaya bisnis bisa keep afloat.

Madu Efi4. Menurut kalian, apakah akan ada perubahan dalam pola hidup masyarakat Medan?
Lilysan (Warteq.id): Mungkin setelah ini akan semakin banyak pebisnis kuliner yang menjunjung tinggi higienitas dan kualitas servis.

Suwandi (Kebun Greenfeast): Lifestyle mungkin akan berubah. Apalagi dengan sistem belanja yang memudahkan mereka yang di rumah, kami optimis way of life masyarakat Medan akan berubah.

Sekilas Tentang Bisnis Narasumber
Warteq.id
Lilysan Wijaya merupakan salah satu position mannequin bagi pebisnis wanita Medan. Dengan berinvestasi well, Lilysan memulai berbagai jenis usaha yang sesuai dengan mottonya, “Do What You Love”. Lilysan juga merupakan founder dari Berani Bermimpi, sebuah organisasi yang berupaya untuk membantu anak-anak yatim mencapai mimpi mereka.

Dari usaha event planner Brides on 22 sampai ke usaha makanan seperti Simhae dan Warteq.id, Lilysan tidak pernah berhenti untuk terus berkreasi, berinovatif, dan pastinya tetap produktif meskipun krisis melanda. Stay optimistic as always dan selalu bagi kebahagiaan, Lilysan!

Kebun Greenfeast
Kenalkan Suwandi Tjoa, salah satu sosok yang membangun Kebun Greenfeast yang berlokasi di Siosar, Kabanjahe. Menjunjung ide anti-pestisida membuat Suwandi dan co-proprietor lainnya menanam berbagai jenis sayuran hidroponik.

Dengan platform yang memadai, produk berkualitas dan juga servis yang dapat diandalkan, Kebun Greenfeast dengan cepat menjadi salah satu online groceries shop di Medan yang populer dan terpercaya. Strategi Kebun Greenfeast dalam melewati masa krisis tahun ini benar-benar menggagumkan!

Madu Efi
Felix Zulhendri merupakan superhero dibalik suksesnya daerah wisata Kebun Efi. Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang mumpuni menjadikannya nahkoda yang tepat untuk Kebun Efi, serta Madu Efi yang diproduksinya.

Kebun Efi sendiri mendapat predikat yang cukup bagus. Faktanya, lokasi wisata yang satu ini pernah dijadikan enterprise mannequin yang bisa ditiru para startup atau pengusaha oleh pemerintah pusat. Wah, salut banget!

Pondok Gurih
Dimulai pada tahun 2007, Pondok Gurih telah berdiri gagah selama thirteen tahun, membawakan hidangan khas Indonesia dengan gaya Minang. Di balik gerai makanan legenda ini, salah satu sosok yang tetap menjaga agar Pondok Gurih bisa berdiri sampai hari ini ialah Alwi Wijaya.

Dengan menu Gulai Kepala Ikan dan persistensi dalam menjaga kualitas, tidak aneh apabila Pondok Gurih menjadi salah satu ikon kuliner di Medan. Tidak juga mengherankan bahwa setiap jam makan siang, tempat ini selalu penuh dengan pasukan baju ijo yang siap melayani pesanan pelanggan!

The Thirty Six
Milen Meccano merupakan executive chef dari The Thirty Six yang merupakan salah satu tempat hangout paling hits di Medan beberapa tahun terakhir. Tak lama setelah menamatkan pendidikan di Chezlely Culinary School di Jakarta, Chef Milen bergabung bersama The Thirty Six.

The Thirty Six merupakan salah satu pelopor ‘coffee’-based mostly restoran yang membuat hangout nyaman dan memberikan expertise serasa di luar negeri. One of one of the best restaurant in Medan yang pastinya wajib dikunjungi (pasca COVID-19)! Sekarang, pesan aja lewat online atau takeaway!

Pilastro
Tak jauh berbeda dengan The Thirty Six, Pilastro yang dibangun oleh Benny ini juga merupakan salah satu pelopor ‘espresso’-based mostly restoran yang ada di Medan. Benny sendiri merupakan seorang penikmat kopi yang saking menyukai kopi, ia realisasikan dalam membentuk Pilastro.

Pilastro merupakan salah satu cafe yang pertama kali membawakan pengalaman minum kopi yang diseduh dengan metode manual brew. Dari sana, namanya pun melambung, dan ia pun diwawancarai Majalah Otten Coffee, Jelajah Kopi dan sering di-evaluation oleh berbagai media lainnya tentang manual brew maupun molecular gastronomy kopi. Think Coffee, assume Pilastro!

Selama masa COVID-19 belum berakhir, mari sama-sama melakukan pencegahan dengan tetap #dirumahaja dan pesan makanan online!