Belanja Di Pasar Tradisional Surabaya Cukup Dari Rumah

JawaPos.com – Pasar tradisional sepi karena banyak warga yang tidak keluar rumah. Padahal, sebenarnya mereka butuh berbelanja setiap hari. Untuk menjembatani transaksi itu, Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) memperkenalkan layanan belanja on-line.

Belum banyak yang tahu layanan tersebut. Sebab, pengenalan ke publik baru dilakukan dua hari lalu. Bahkan, belum semua pedagang yang terjaring dalam program tersebut.

”Ada yang belum siap dengan cara kerja baru itu. Jadi, mereka belum mau menyetor nomor ke PDPS,” ujar Wakil Ketua Kumpulan Pedagang Pasar Seluruh Surabaya (KPPSS) Mas’ud kemarin.

Pedagang Pasar Tambah Rejo itu mengaku omzetnya turun 90 persen sejak pandemi Covid-19. Dia begitu antusias karena ada program belanja on-line tersebut. Namun, belum semua pedagang siap dengan perubahan cara berjualan itu. Di tempatnya baru sekitar 20 persen pedagang yang mau mengikuti program tersebut.

Mas’ud mengadukan persoalan itu ke Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono dan Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Agus Hebi Djuniantoro. Dia berharap sosialisasi lebih digencarkan. ”Program ini yang tahu cuma pedagang. Pembelinya belum disosialisasi,” katanya.

Adi merespons keluhan itu. Dia mengatakan, pemkot memiliki jaringan medsos yang kuat. Dari Twitter hingga Instagram. Menurut dia, program PDPS tersebut perlu mendapat sokongan publikasi agar lebih banyak orang yang tahu. ”Jaringan RT/RW yang dimiliki pemkot juga bisa digerakkan. Ketua RT bisa menyebarkan informasi ini ke semua warganya,” lanjut Awi, sapaan akrab Adi Sutarwijono.

Menurut dia, program PDPS juga membantu ojek on-line. Pendapatan mereka selama ini menurun karena pengguna jasa ojek on-line menurun drastis. Mereka lebih banyak mendapatkan orderan mengirimkan barang atau makanan. ”Jadi, ini menggerakkan berbagai sektor ekonomi,” lanjut ketua DPC PDIP Surabaya itu.

Beberapa pedagang yang sudah mengikuti program belanja on-line mengaku belum merasakan perubahan signifikan. ”Untuk saat ini, belum ada yang order dari layanan itu,” ucap pedagang telur di Pasar Genteng Ahmad kemarin siang (11/4).

Ahmad tahu maksud program tersebut. Tapi, dalam pelaksanaan teknis ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, selama ini pedagang lebih banyak mengandalkan penjualan dari para pelanggan yang langsung datang ke lapak.

Pedagang telur lainya Nurul menuturkan, sebenarnya tidak ada masalah dengan layanan tersebut. Bahkan sangat membantunya, terlebih kondisi sekarang, pasar menjadi sepi imbas adanya pendemi virus Covid-19. Namun, yang dia takutkan adalah saat pengiriman. Apalagi jika lewat jasa layanan on-line. ”Entar kalau pecah gimana, kan gak enak dengan pembeli,” ungkapnya.

Hal tersebut sangat memungkinkan jika dikirim pedagang sendiri. Sebab, kata Nurul, telur beda dengan barang lainnya. Jadi, kalau misal di jalan ada yang pecah otomatis bisa diganti. Pihaknya juga tak masalah jika harus mengirim langsung. Hanya saja, harus ada minimal pembelian. Termasuk, memperhitungkan orderan dengan jarak rumah pembeli.

Sebagian besar pedagang menyambut layanan itu dengan baik. Misalnya, para pedagang sayuran. Mereka sangat mendukung, bahkan siap mengantarkan ke rumah pembeli. Tetapi, harus ada nominal pembeliannya berapa. ”Kami siap nganter, tapi untuk pembelian di atas Rp 200 ribu,” kata Sahlan, pedagang sayur.

Dia tak mungkin mengantarkan order yang nominalnya Rp 10 ribu. Sebab, itu bisa membuat rugi pedagang. Apalagi, jarak lokasi pembeli jauh dari pasar. Sahlan mengakui, hingga saat ini dirinya juga belum pernah mendapatkan order dari layanan daring tersebut. Yang jelas, layanan tersebut bisa mendongkrak omzet dagangannya. Mengingat sejak sebelum terakhir turun 50 persen imbas pendemi Covid-19.

Salah seorang pembeli Purbowo menuturkan, adanya layanan daring sangat membantunya. Sebab, dia tak harus datang ke pasar. Hanya saja, dia masih khawatir mengenai kualitas barang yang dipesan. Contohnya, saat pesan sayur atau ikan. ”Kan saya gak bisa milih. Takutnya nanti diberi kualitas yang jelek,” ucapnya saat di pasar kemarin.

Terkait itu, pedagang sayur pasar Genteng menyatakan bahwa kualitas barang yang diorder dipilihkan yang baik. Pihaknya tak mau kehilangan kepercayaan pembeli. ”Di sini banyak yang menjadi pemasok restoran atau lodge, jadi jangan khawatir,” jelas Sahlan.

Direktur Teknik dan Usaha PDPS Muhibuddin mengatakan, masih banyak warga yang belum mengetahui layanan itu. Dengan demikian, masih dibutuhkan sosialisi. Termasuk, bekerja sama dengan jasa operator untuk memublikasikannya.

Mengenai kualitas barang yang dipesan pembeli, pihaknya belum bisa menjamin. Sebab, itu berada di tangan pedagang. Yang jelas, jika itu terjadi, maka berdampak pada penjual sendiri. Namun, untuk harga, PDPS masih bisa mengontrol dengan menyesuaikan harga regular di pasar. ”Kalau tidak jujur, pelanggan akan kecewa dan tidak kembali membeli lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, banyak pedagang makanan yang beralih dengan metode lain untuk memasarkan produk mereka. Hal tersebut dilakukan untuk tetap bisa bertahan di tengah kondisi yang kian sulit seperti ini. Salah satunya, berjualan secara online.

Salah satu yang terkena imbas Covid-19 adalah sentra wisata kuliner (SWK). Mereka mengalami penurunan omzet yang drastis. Bahkan bisa mencapai 80 persen.

Upaya untuk mereka tetap bisa bertahan terus dilakukan. Misalnya, yang dilakukan di Kecamatan Sukolilo. Di sana ada enam SWK yang berdiri. Untuk bisa memperluas jangkauan, kecamatan mendorong mereka untuk bisa menyediakan layanan pesan antar dan berdasar pesanan.

Camat Sukolilo Amalia Kurniawati mengatakan, pihaknya sudah pernah bertemu dengan perwakilan pedagang dari tiap SWK. Sambatannya sama, lapak mereka sepi jualan. ”Yang biasanya banyak datang ke sana sekarang jadi sedikit sekali. Kami minta mereka untuk membuat cara alternatif berjualan,” ujarnya.

Pedagang diminta untuk membuat salinan menu. Tidak per lapak, tetapi satu menu dengan nama dari SWK. Kemudian, daftar menu itu diedarkan ke kantor-kantor yang masih beroperasi di kawasan Sukolilo. ”Termasuk, juga ke kelurahan dan kecamatan,” ujarnya.

Cara itu cukup membantu promosi dari produk-produk para pedagang tersebut. ”Meskipun tidak seperti kondisi biasa, cara ini cukup efektif untuk membuat para pelaku usaha itu tetap bisa produktif,” ujarnya.

Hal yang sama dilakukan para pedagang di SWK Convention Hall (CH) Kuliner. Pedagang sedang membentuk katering bersama. ”Jadi, namanya tetap CH Kuliner. Namun, di sana ada banyak menu yang kami tawarkan,” ujar koordinator pedagang CH Kuliner Andy Setiawan.

Pemasaran digiatkan melalui on-line. Dengan begitu, jangkauan pemasaran juga lebih luas. ”Kami sudah bergabung dengan aplikasi, hasilnya juga cukup lumayan di tengah kondisi seperti ini. Meskipun, tidak seramai seperti kondisi regular,” jelasnya.

Saksikan video menarik berikut ini: