Ada banyak cara belajar Bahasa Inggris. Di kota Philadephia, Penssylvania, sebuah perpustakaan publik menawarkan program pengajaran Bahasa Inggris di dapur. Sesuai nama program itu, Edible Alphabet, mereka belajar bahasa Inggris sambil memasak.
Pesertanya beragam:
“I am from Iran.” “Taiwan”, “From Indonesia”, “From Iran”, “From Brazil”, “I am from France.”
Liz Fitzgerald, direktur program Edible Alphabet di Free Library of Philadephia mengatakan, “Dalam program ini, kami menggunakan makanan sebagai medium untuk belajar. Setiap pekan, para peserta belajar bahasa Inggris melalui resep makanan. Mereka belajar mengenai nama-nama bahan makanan. Mereka belajar di mana membeli bahan-bahan makanan itu. Mereka belajar bagaimana caranya pergi ke sebuah toko bahan-bahan kebutuhan pokok.”
Program Edible Alphabet dilahirkan tiga tahun lalu ketika sebuah NGO bernama Nationalities Service Center mendatangkan sekelompok perempuan korban kekerasan dari berbagai penjuru dunia ke pusat literasi kuliner perpustakaan itu.
Saat itu, perempuan-perempaun yang kesulitan berbahasa Inggris dan bahkan banyak yang tidak berbicara bahasa Inggris sama sekali berkumpul melalui program memasak. Setelah program itu usai, mereka ternyata bisa berkomunikasi satu sama lain dan saling memamerkan foto-foto keluarga mereka.
Kursus bahasa Inggris selama enam pekan ini diarahkan dua instruktur, seorang pengajar bahasa Inggris bukan dari negara berbahasa Inggris dan seorang juru masak profesional.
“Kita menggunakan resep masakan untuk kelas ini untuk memberi para peserta pemahaman mengenai makanan Amerika dan cara memasaknya. Contohnya, dalam pelajaran membuatpancake, kami menggunakan pancake sebagai basis membicarakan tradisi sarapan pagi orang Amerika. Saya kita, kelas ini memberi mereka pelajaran budaya sehingga mereka merasa nyaman di negeri mereka yang baru,” kata James O’Donell, seorang juru masak yang mengajar di kelas itu.
Setelah belajar memasak, para pelajar makan bersama menjelang kelas berakhir.
No media supply presently available
Pop-out playerParastoo Khavar dari Iran mengaku senang mengikui Edible Alphabet. “Saya sangat menyukai kelas ini karena sangat menyenangkan dan lebih bermanfaat dibanding kelas-kelas lain.”
Liz Fitzgerald mengatakan, sejak diluncurkannya program itu, banyak masukan dari para imigran yang mengatakan, Philadephia adalah kota yang ramah imigran.
“Para pelajar mengungkapkan mereka merasa kerasan tinggal di Philadelphia. Sejak diluncurkannya program ini, ada sejumlah masukan yang menyebutkan, Philadelphiatampaknya kini menjadi tempat yang lebih ramah terhadap imigran. Bagi saya. Ini benar-benar menyenangkan. Itu alasan awal kami menjalankan program ini,” [ab/uh]
Sumber: Edible Alphabet